DELISHA Part II
“Tenangkan dirimu delisha, ini pasti orang iseng. Ya ini pasti orang iseng.” katanya untuk menenangkan dirinya sendiri.
Kenapa orang ini menerorku untuk mati. Siapa dia? Batinya menerka-nerka.
Dengan langkah gontai ia berbalik badan untuk menggambil kursi dan berjalan ke arah keluar. Sekali lagi ia berhenti diambang pintu untuk melihat tulisannya. Setelah mengamati tulisan tersebut dan melihat sekitanya sekiranya apa ada orang lain yang masuk. Ternyata tidak ada orang yang masuk. Hanya dirinya sendirilah yang berada disini. Kemudian ia menutup pintunya kembali kelas.
5 jam sudah pembelajaran di mulai. Bel istirahat pun sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Sekarang dikelas hanya ada dirinya. Dan beberapa orang yang masih berkutat dengan bukunya. Rasanya ia ingin ke kantin, tapi ia tahu ketika ia keluar dari kelas akan ada drama baru yang dimainkan oleh flo dan dirinya. Tinggal menunggu 45 menit lagi sampai bel masuk berbunyi sembari ia makan roti yang tadi pagi ia beli. Berdoa saja delisha semoga flo dkk tidak kemari.
Waktu tetap berjalan, menit demi menit, deti demi detik telah terlewati bel dimulainya pembelajaran sudah berbunyi. Ia merasa lega karena flo dan kawannya tidak menggunga. Kenapa? Entah ia pun tak tahu. Meskipun begitu ia merasa was was. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu hal yang membuatnya tidak tenang. Selama jam pelajaran pun ia beberapa kali tidak fokus. Benaknya menerka nerka hal apa yang akan terjadi kedepannya.
“sekian dari saya, kita lanjutkan minggu depan. Selamat sore dan sampai jumpa.” Ucap guru yang mengajar mengakhiri pembelajaran di sore hari ini.
Sekolah Satu Terpadu Jakarta yang menerapkan sekolah full day sampai jam 5 sore ini. Beberapa kelas sudah keluar untuk pulang ke tempatnya masing-masing begitupun dikelas delisha. Satu persatu orang keluar kelas. Dan kini tersisa delisha. Lagi dan lagi iya tertinggal sendirian di kelas. Setengah jam sudah cukup ia menunggu sampai kelas sepi untuk keluar kelas. Karena ia tak ingin berpapasan dengan kelas lain terutama flo dan kawan-kawan.
Bug bug
2 kali balok kayu itu menghantam kepala belakang delisha yang sedang berjalan di koridor yang sepi. Dengan mata yang berkunang kunang ia mencoba menahan pingsan. Kakinya sudah lemas hingga ia terjatuh kelantai. Dengan pandangan samar-samar delisha melihat 3 siswi berdiri didepannya. Kemudian ia pun pingsan sebelum ia meminta pertolongan kepada siswi tersebut.
Ughhh
Mengabaikan pening dikepalanya. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ia di bawa kegudang. pandangan kedepan dengan tatapan kebencian sungguh delisha tahu ini perbuatan siapa. Karna ia sempat melihat sekitanya sebelum jatuh pingsan. Flo, satu nama yang membuat hatinya menggebu. Ia berjanji akan membalasnya suatu saat nanti bahkan sampai ia mati pun pembalasan itu akan ia lakukan.
Prok prok prok
“sudah bangun ini putri tidur kitaa.” Ucap flo berjalan mendekati kursi yang sudah terikat dengan tubuh delisha.
“tahu tu lama amat tidurnya”
“mimpinya indah kali jes, ketemu pangeran. iya ga del?!”sahut rose membalas perkataan jessi.
sssssshh
ringis delisha ketika rambutnya dijambak kebelakang hingga ia mendongakkan kepala. Ia dapat melihat wajah flo dari bawah yang sedang tersenyum dengan lebarnya. Mungkin ia bahagia dapat membuatnya kesakitan dibawahnya.
“bagaimana? Bahagia banget kayanya lo gua di skor seminggu. Hmmmm.” Ucapnya sembari ia menarik rambutnya lebih kencang lagi. hening hanya ringisan delishalah yang terdengar. Suara kesakitan delisha adalah kesukaan flo sejak dulu. Sedangkan keheningan, tidak adanya jawaban atas pertanyaannya adalah sesuatu hal yang sangat dibencinya.
“JAWAB! Gue tanya sama lo. Bukan sama kursi yang lo dudukin itu tolol.” murka flo sembari menjambak-jambak rambut delisha dengan bringasnya. Sakit. Sungguh delisha rasanya ingin pingsan saja. Ini sangat sakit, mungin rambutnya akan rontok banyak ketika flo melepaskan jambakannya.
“ff-loo to-tolong le-lepasin ta-tangan k-kmu. I-ini s-sakit.” Ucapnya terbata-bata sembari memejamkan mata bersamaan air mata yang meluncur keluar.
“hmmmm kenapa gudik.” Ucap flo dengan nada lembut. Tapi sungguh siapa pun yang mendengarkannya pun pasti akan merinding mendengarnya. Bahkan jessi dan juga rose yang mendengarnya pun dibuatnya merinding. Ia biasa melihat kegilaan flo tapi sekarang flo lebih gila. Entah apa yang merasuki flo kini. Ia tersenyum seperti seorang psikopat yang sedang bertemu dengan mangsanya.
“le-lepassss in.” pintanya lagi di barengi dengan ringisan.
“ kamu mau dilepas? Baiklah. Tapi sebagai gantinya gue punya kejutan. Taraaaaa”
Gila. Satu kata yang menggambarkan flo. Sekarang ditangannya ada pisau lipat. Entah kegilaan apa lagi yang akan dilakukan flo padanya.
“ini buat lo karena gua benci lo.” Digoreskannya pisau terseput di pipinya yang sudah basah karna air mata.
“ iniii gara-gara lo gua di skor.” Lagi. Pisau itu digoreskan di pipi sebelahnya “ ini gara- gara lo gua ditampar bokap.”
“ ouhh satu lagi, iniii karna lo berani suka sama pacar gua.” Terakhir ia menggoreskan pisaunya di kedua pahanya dengan cukup panjang dan dalam.
“guysss” panggilnya kepada jesi dan rose yang sekarang berjalan mendekat sambil memberikan pisaunya dan juga gunting yang entah kapan ada ditangan flo.
“ giliran kalian. lakukan sesuka kalian!” pintanya sambil mendudukan diri dikursi yang tersedia di dekatnya untuk melihat pertunjukan yang akan semakin seru. Lihat sekarang, senyum bahagia kini flo tunjukan melihat adegan didepan. Bagaimana tidak jesi yang sekarang sedang memotong rambut delisha dengan tidak rapihnya. Jangan lupakan rose yang sedang asih merobek seragam sekolahnya ini acak-acakan.
Setelah puas dengan keadaan mengenaskan delisha yang mengenaskan dan juga dengan darah yang masih keluar dari bagian yang telah digoreskan flo, flo berjalan mendekatinya sambil membawa ember yang sudah berisi air di campurkan alkohol dan juga perasan jeruk lemon. Entah bagaimana perihnya jika air tersebut disiramkan ke tubuh delisha yang penuh dengan luka goresan.
Byurrr
Benar saja air itu langsung disiramkan kedelisha ketika keberadaan flo sudah dekat. Lihatlah sekarang badan delisha seperti cacing yang kepanasan. Ia bergerak tak tentu.
“ sudah cukup guys, sekarang kita keluar.” Ucap flo memerintahkan rose dan jessi pergi meninggalkan delisha sendirian yang sekarang sudah tak berdaya di tempatnya. Entah masi hidup atau mati. Sukur-sukur si mati.
Tak lama setelah kepergian mereka, samar-samar ia mendengar pintu yang terbuka kemudian langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Apa mereka kembali?
“ sudah aku bilang bukan. Kematianmu adalah kebahagiaanmu. Mentalmu sudah hancur. Jiwamu? Ada ditanganku. Hanya raga yang kau miliki. Itupun sudah rusak. Lalu apa yang akan kau lakukan kedepannya. Kau tidak bisa apa-apa. Kamu hanyalah sampah yang pantas
dibuang di bumi. Musnahlah.” kata seseorang tersebut yang masuk dengan menusuk ke uluh hatinya kemudian pergi meninggalkannya lagi. Lagi-lagi delisha ditinggalkan.
Rasanya delisha ingin melihat orang yang mengatakan hal tersebut. tapi mata ini tak bisa untuk terbuka. Seperti ada lem perekat yang sangat kuat sampai-sampai tak mengizinkannya membuka matanya sebentar saja. Benar kata seseorang tersebut ia hanyalah sampah yang harus dimusnahkan. Sampah yang tak layak hidup. Jika ia diizinkan mati sekarang. Itu akan menjadi doa yang akan ia aminkan paling keras sekarang juga. Tetapi dalam benaknya pun ia bertanya tanya siapa dia?
Huhff hufff huff
Dengan nafas yang tidak teratur, mencoba untuk menenangkan diri. Terbangun dari tidurnya seorang gadis yang menggunakan baju tidurnya dengan rambut acak-acakan duduk di atas tempat tidurnya. Cahaya matahari pagi menyusup dari jendela kamarnya yang kecil mengenai kulit wajahnya yang mulus. Hal apa barusan apa ia sedang mimpi? Tapi hal itu nyata? Tapi di banding itu ia pasti sudah mati. Karna kehabisan darah? Dan rasa sakit yang diciptakan oleh mereka pun nyata? Tpi sekarang, mengapai ia ada dikamarnya. Di kasurnya? Bukan di surga maupun setidaknya di rumah sakit. Iniii anehh.
Tidak ingin memikirkan hal ini, yang akan semakin membuatnya sakit kepala. Delisha beranjak dari kasurnya yang hanya dapat ditempati satu orang saja.
“kenapa tubuhku ringan banget. Kaya kapas. Rasanya ga seperti biasanya.” monolognya dengan sendirinya sembari melangkah menuju kamar mandi dengan raut muka khas bangun tidur yang masih ketera. Bahkan ia berjalalan dengan mata yang masih tertutup seperti terpaksa beranjak dari tidurnya yang terganggu dengan mimpi buruknya.
Sesampainya di kamar mandi, hal pertama yang delisha lakukan adalah berkaca. Seperti biasanya karena hal ini menjadi kebiasaanya sedari dulu.
“Hah hah” ucapnya seperti orang ling-lung menatap dirinya di kaca. Bahkan ia manampar pipinya beberapa kali bergantian memastikan dirinya tidaklah bermimpi.
Bagaimana bisa. Ini pasti mimpi. Ya ya ini pasti mimpi bukan nyata
“Auhh, sakit banget dah” ringisnya ketika sudah merasakan sakit dipipinya yang sudah memerah jangan lupakan tangannya yang ia cubit untuk memastikan dirinya tidaklah nyata.
“iniiii. Tidak mungkin” sekali lagi ia tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depan matanya sembari mengeleng-gelengkan kepalanya.
“ apa aku harus bahagia atau sedihh?”
Harusnya ia bahagia bukan menikmati hidupnya yang baru yang lebih baik dari dulu. Apa ia bertransmigrasi seperti yang dinovel-novel yang pernah dibaca. Setidaknya ia bersyukur diberi kesempatan kedua untuk mengubah kisah hidupnya yang dulu menjadi lebih baik.
“ oke delisha buat kisah hidup barumu delisha, lupakan yang lalu. Dan buat kisah baru dengan lahirnya kembali delisa yang berbeda. Kita mulai dari buat dirimu menjadi pusat perhatian untuk menarik ucapan mereka dulu yang menghinaku. Kemudian ambil apa yang dimiliki mereka. Dan membalas dendam mereka. Ohhh jangan lupa mencari tahu orang yang menginginkan kematianmu itu delisha.” Monolognya dengan sendirinya seakan-akan sedang berbicara dengan delisha yang dulu melalui pantulan kaca di kamar mandi.
Apa kalian tahu ada apa dengan delisha hingga ia dibuat kaget dengan perbedaannya yang dulu dan sekarang? Jawabannya sekarang ia memiliki kesempuarnaan yang diagung-agungkan semua orang. Ya kesempurnaan fisiknya. Bagaimana tidak ia yang semula berbadan gemuk sekarang lebih kurus bahkan terkesan langsing dan seksi. Kulit yang dulu dekil sekarang lebih mulus dan putih. Jangan lupakan wajahnya yang mulus, meskipun dulu pun mulus tetapi sekarang lebih glow dan memiliki struktur rangka wajah yang pas. Tidak ada perbedaan jiwa yang masuk keraga seseorang yang masuk seperti yang dijelaskan dinovel-novel. Iya tahu betul ini raganya. Bahkan rumah, kamar miniatur, foto, hiasan dinding masih sama seperti dulu. Apakah ini bisa disebut bertransmigrasi? Delisha rasa ini bukan transmigrasi. Ini seperti ia diberi kesempatan kedua dari Tuhan untuk mengubah alur cerita dirinya. Apapun itu delisha bersyukur bahkan sangat bersyukur dengan kebaikan Tuhan yang memberikan kesempatan kedua.
Asyik melamun sambil menerka-nerka apa yang terjadi padanya. Delisha tidak sadar bahwasanya ia telah sampai digerbang sekolah. Bersiap memasuki sekolahnya dengan motor buntutnya yang dulu. Ia mencoba menyakinkan dirinya. Baru memasuki gerbang seluruh pasang mata melihat kearahnya. Ia tahu ini pasti karena motornya yang memiliki bunyi nyaring.
Melepas helmnya dengan gayanya yang slow emotion. Ia sedikit terkekeh dengan keberaniannya di depan banyak orang. Kemudian merapihkan rambutnya yang berantakan ia melangkahkan kakinya berbaris seperti biasanya untuk pengecekan dengan dagu yang ia angkat
tidak seperti dulu yang selalu ia tundukan bahkan sekarang ia tersenyum manis mendapati semua orang menatapnya tanpa berhenti. Seolah olah ialah model yang sedang berjalan di atas cat walk. Berlebihan bukan tapi itulah kenyataannya.
“de-delisah ini beneran lo?” tanyanya tergagap seakan-akan iya tidak bercaya dengan kenyataan didepan matanya.
“ya, seperti yang lo liat, ini gua” kata delisha dengan gaya pengucapan yang baru. Bukannya jika ia ingin mengubah jalan hidupnya hal terkecil seperti itupun harus ia ubah bukan.
“wow wow bagaimana mungkin. Bahkan diliat dari dekan lo lebih cantik dari flo.” Katanya sekali lagi tanpa memalingkan wajahnya darinya. Sedangkan delisha hanya membalasnya dengan senyumannya yang manis. Liatlah bahkan pria yang sedang mengobrol dengannya tidak sadar gilirannya untuk pengecekan.
“ekhem” deheman seseorang membuatnya tersadar. Dan langsung mengalihkan pandangannya sembari maju kedepan. Itu kala, sang ketua osis yang sedang melakukan pengecekan. Meskipun ia pun dibuat tak berkedip dengan perubahan delisha. Tapi disini ia sebagail ketua harus lebih profesional bukan.
“eisss. gua lupa ini giliran gua. Bay delisha semoga kita ketemu lagi.” Kata dandi, seseorang yang sedari tadi mengobrol dengannya.
Mendengarnya lagi-lagi delisha hanya tersenyum. Apa semua orang seperti itu mereka hanya melihat dari covernya. Jika diingat dulu tidak ada seorangpun yang mau menyapanya. Ia hanya menyapa seperlunya untuk mengerjakan tugasnya kemudian menghilang seperti orang asing lagi. Tapi sekarang banyak orang yang menggodanya. Meskipun sedari dulu ia tak pernah menjadi pusat perhatian. Setelah merasakannya ternyata menyenangkan ketika kita diperhatikan. Hal itu seperti keberadaannya yang dianggap oleh orang-orang yang berada didekatnya. Delisha bahagia dengan kehidupan berunya. Menjadi pusat perhatian, memiliki banyak teman, guru-guru membanggakannya, dan satu yang belum terwujud apakah cintanya akan bertepuk sebelah tangan?
Delisha melihat kedepan tepatnya disebelah arini. Seorang yang selalu berada dihati. Cinta pertamanya dalam diam. Pria tampan yang memiliki porsi tubuh dan wajah hampir sempurna. Pria yang memiliki wajah khas jawa yang tegas tapi juga senyumannya yang manis.
“ hey” sapa seseorang dibelakangnya. Seperti deja vu . ia pernah merasakan hal ini disapa dibelakangnya.
“ long time no see gudik?” lagi ia pernah merasakannya.
Delisha berbalik badan jika dulu ia tetap menunduk jika ada yang menyapanya. Sekarang bahkan ia menatap bola mata yang menjadi lawan bicaranya. Jika dulu delisha merasa ketakutan setia ada didekatnya tatapan itu sekarang berubah dengan kebencian yang haus akan pembalasan. Flo seseorang yang membuat ia tersiksa didalam gudang kemarin.
Prok prok prok
Tepukan tangan itu menggema dengan tatapan serat akan permusuhan keduanya.
“ liat gerlsss, dia sekarang berani menantang kita. Lama tidak berjumpa kawan? 3 bulan menghilang kemudian balik lagi dengan tubuh yang woww. Seksi. Kemana lo?. Jual diri?” ucap flo sarkas dengan nada merendahkan sembari melihat dari ujung kepalanya sampai ke ujung kakinya.
“ pasti jual diri dong flo. Biaya dari mana dia untuk oplass.” Sahut rose yang sekarang maju satu langkah kedepan sehingga sejajar dengan flo.
“rose” geram flo melihat rose sekarang ada di sampingnya. Karena menurut flo, tempat yang tepat untuk kedua temannya bukannya berada sejajar dengannya. Mereka hanya lah babu bagi flo.
Mendengar geraman flo. Rose langsung memundurkan langkahnya kembali ketempat semula sembari mengepalkan kedua tangannya.
“Jika bukan karna uangmu udah gua bunuh lo flo sialan.” Batin rose tidak terima
Jesi yang berada disamping rose mencoba menenangkannya dengan menggengam tangannya yang terkepal. Ia tahu perasaannya, karena ia pun diperlakukan tak beda jau dengannya. Tak mau munafik ia pun membutuhkan uang untuk itu ia masih bertahan berteman dengan flo yang memperlakukannya seperti babu. Disisi lain delisha yang melihat hal itu tersenyum miring menatap rose. Merasa miris dengan pertemanan mereka.
Merasa pertunjukannya sudah selesai, selisha berbalik badan untuk gilirannya melakukan pengecekan. Lagi lagi ia seberani ini mengabaikan flo dkk yang berada didekatnya.
“ dasar gudig sialan.” Desis flo menatap tajam punggung delisha yang melangkah dengan anggunnya.
Disisi lain delisha memikirkan satu perkataan flo yang belum ia sadari. 3 bulan? Apa maksudnya? Mengetahui apa yang ada dipikirannya. Delisha membuka hpnya yang berda di genggamannya untuk mengetahu bulan berapa sekarang
Deg
Melihat bulan yang tertera dihpnya. Berhenti dari jalannya untuk memastikan kembali apa yang ia liat.
“ bulan september akhir? Sedangkan kejadian pas digudang bulan juli. Ya aku ingat. Itu bulan juli. Lalu kemana raga dan jiwa ini selama itu. Bahkan aku tak menemukan memori apa- apa selama 3 bulan terakhir kecuali kejadiaan naas digudang.” Asyik dengan pikirannya sendiri sampai delisha tidak sadar bel sudah berbunyi dan ia berhenti di tengah koridor. Jika tidak ada orang yang menepuk bahunya mungkin ia masih melamun dengan pikirannya sendiri.
Delisha menengok kebelakang melihat siapa yang menepuknya. Mengetahui siapa yang berada di belakangnya. Delisha di buat gugup karenanya. Ia kala, seseorang yang delisha cintai dalam diam.
“ya?” tanyanya dengan linglung
“sudah bel. Lo ga mau masuk?!”
“ ohh ah iya ini mau masuk ko” setelah mengatakan hal itu yang membuatnya malu. Bagaimana tidak ia seperti ora bodoh yang berbicara gagap didepan orang yang dicintai. Delisha langsung lari dengan langkah lebarnya menuju kelas sambil menundukan kepala menutupi rona merah di pipinya. Melihat hal itu yang menurut kala lucu ia menerbitkan senyumnya yang teramat manis.
Bulan demi bulan, Minggu demi minggu, hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, bahkan detik demi detik. 2 bulan sudah delisha sudah berada diraga kurus tubuh delisha. Banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Dimulai ia yang dianggap menjadi murid yang membanggakan sekolah, karena olimpiade fisika yang ia menangkan minggu lalu. Delisha yang selalu menjadi pusat perhatian dan inilah yang membuatnya percaya diri dan juga tentunya senang. Kisah percintaannya yang mulus meskipun belum diberi kepastian olehnya. Jangan lupa flo dkk yang sudah tidak membulLinya secara terang terangan. Ya selama ini pula
flo tidak melakukan apa apa. Hanya tatapan sinislah yang ia tunjukan kepadanya. Karena apa? Tentu saja karena semua orang sekarang memihak kepadanya. Bahkan kepala sekolah pun kini sudah bersikap adil kepadanya tidak seperti dulu yang terkadang ia tersudutkan.
Dan kini delisha sedang duduk bersama dengan kala di bangku yang berada didekat taman sekolah. Perlakuan kala yang lembut kepadanya. Perhatiannya dan juga tatapan matanya yang teduh yang selalu disukai delisha. 2 bulan sudah kala dan juga dirinya dekat. Dimulai dari pertemuannya dikoridor sekolah hingga sekarang.
“ kal”
“ yaa”
“ entah ini mimpi atau nyata, aku berharap ini adalah benang takdir yang Tuhan berikan kedepannya untukku. Dan jika ini mimpi aku beharap tidak akan bangun dari mimpi yang paling indah yang pernah kurasakan.” Kata delisha dengan mata menerawang ke depan melihat burung yang sedang terbang di atas pohon yang berada didepannya. Burung yang hidup dengan kebebasan.
“ ya berdoalah delisha sebanyak banyaknya.” Mendengar jawaban dari kala yang terdengar sedikit aneh menurutnya delisha mengalihkan tatapan hingga matanya sekarang bertubrukan dengan kala. Mencoba mengenyahkan pikiran buruknya tentang kala dan digantikan dengan arti kata yang positif.
“seandainya aku memiliki tubuh gemuk seperti dulu lagi. Apa kamuu a-akan suka denganku?” tanyanya delisha dengan nada ragu-ragu akan tetapi berbeda dengan matanya yang serius menuntut kejelasan.
“ tergantung bagaimana jiwamu. Aku akan tetap suka sama kamu?!” jawabnya penuh dengan teka-teki antara pertanyaan dan juga pernyataan.
“ hah apa maksudmu?”
“ jadi bagaimana tubuhmu entah itu gemuk maupun kurus, seksi, langsing. Itu tidaklah berpengaruh. Cantik itu relatif. Semua perempuan pastinya cantik. Tapi bagaimana ia menjaga hatinya. Itulah yang terpenting.” Jelasnya sembari menggenggam kedua tangan delisha yang kini membuat kedua pipi delisha memerah.
“ahh kal, kamu tu ya.” Balas delisha yang berpura-pura merajuk dengan melepaskan genggaman tangan kala di gantikan dengan bersedekap didepan dadanya.
Dasar ga peka, bisanya cuman bikin anak orang baper doang. Batinnya menggerutu meratapi nasibnya yang belum diberi kepastian.
Bel yang dinantikan semua murid pun berbunyi. Semua murid yang awalnya duduk dengan tidak semangatnya kini kini menegakkan badannya sembari membereskan alat tulisnya yang berserakan di meja belajarnya masing-masing. Setelah guru keluar kini giliran semua murid berhamburan keluar berdesakan. Tak ingin berdesakan delisha masih duduk dikurinya. Sedangkan kala yang melihat delisha masih duduk melangkahkan kakinya berjalan menghapiri delisha untuk keluar bersamanya.
“ayo” ajaknya sembari mengulurkan tangannya didepan delisha. Melihat hal itu delisha menerima uluran tangan kala sembari tersenyum manis. Ohhh sunggu kala yang sweet.
Berjalan menyusuri koridor sekolah yang sekarang sudah mulai sepi. Kala dan delisha dengan tangan yang masih berpegangan. Berjalan seperti sepasang kekasih sampai mereka tiba di parkiran motor mereka yang terparkir sejajar. Melihat hal itu delisha tesenyum kecut. Lihatlah motor buntutnya yang ia parkirkan sejajar dengan motor gagah kala yang memukau.
“ pulanglah, dandan yang cantik nanti malam aku jemput. Dan jangan tanya mau kemana. Karena itu rahasia.” Ucapnya tanpa mengizinkan delisha bertanya dengan senyum khasnya.
Senja yang mulanya menampakkan dirinya dengan cantik kini telah diganti dengan bulan yang menerangi bumi dengan menawan. Bahkan bulanpun seolah tahu jika delisha tengah bahagia dengan gaun putihnya yang diberikan kala kepadanya barusan melalui suruhannya. Bulan bersinar dengan terangnya seakan akan menerangi orang orang yang berada dalam kegelapan. Tidak seperti kemarin bulan yang tidak datang sehingga tidak hadirnya di gantikan rintikan hujan yang turun dengan derasnya.
Posting Komentar
0 Komentar