DELISHA PART III
MATILAH
MAKA KEBAHAGIAANMU AKAN DATANG
Delisha yang sudah bersiap dengan gaun dan juga sedikit polesan diwajahnya untuk menciptakan kesan lebih hidup pada wajahnya Kini menatap langit dari jendela kamarnya yang terbuka. Ahh rupanya bintangpun memunculkan dirinya untuk menyempurnakan langit. Tidak mengizinkan bulan untuk mencul sendirian. Sungguh romantis menurutnya.
Tin tin
Suara klakson mobil mengagetkan delisha yang sedang melamun membayangkan jika seandainya bintang dan bulan ialah dirinya dan kala. Mengetau jika itu kala, delisha buru-buru menutup jendela kamarnya dan mengambil sling bagnya lalu keluar menghapiri kala yang kini
sedang bersandar di mobilnya. Ohhh lihatlah delisha bahkan kala memakai kemeja putih yang di padukan dengan celana hitam. Dan yang membuat kala berbeda darinya ia tak seperti yang berada di sekolah selalu rapi. Kini bahkan lengan kala dilipat sampai siku dan jangn lupakan kancing kemeja kala yang disisakan 2 kancing teratasnya untuk tetap terbuka. Meskipun gaya kala terkesan bad boy tapi ketampanan kala malam ini jauh lebih tampan.
Setelah keduanya masuk kemobil tanpa ada drama seperti tuan putri yang akan dibukakan pintunya kini mobil yang ditumpangi mereka melesat meninggalkan pekarangan rumah delisha yang kecil. Keduanya hening dalam pikiran masing-masing, delisha yang asyik dengan dunianya sendiri melihat keluar jendela dan kala yang fokus menyetir.
Kala memelankan laju mobilnya, ketika tujuan yang ingin dituju sudah dekat. Mobilnya kini memasuki kawasan yang ramai dengan orang-orang yang ingin berkunjung maupun orang- orang yang memakai jas kebanggaannya. Sedangkan delisha melihat hal ini, ia menyerngitkan dahinya merasa aneh dengan yang dilakukan kala. Mengapa ia kesini? Ia pikir kala akan mengajaknya untuk makan malam romantis.
“ayo turun delisha” mendengar ajakan kala. Delisha memutar kepalanya 180 derajat menghadap kala.
“ kita mau ngapain kal?”
“ menjenguk seseorang.” Setelah mengatakan 2 kata yang masih tidak dimengerti oleh delisha. kala langsung keluar dan disusul delisha yang keluar dari mobil kala.
Kala yang melihat delisha sudah keluar dan sudah berdiri dismpingnya langsung saja ia pegang tangan delisha untuk mengikutinya masuk rumah sakit. Delisha yang ditarik kalapun hanya pasrah mengikutinya meskipun dalam benaknya memiliki seribu pertanyaan yang ia sematkan kepada kala.
Kamar 503, itu yang tertera di pintu masuk ruangan yang delisha yakini kamar inap vip karena tempatnya yang berada dilantai pertengahan. Mereka berhenti tepat didepannya. Kala memutar badannya menghadap delisha sembari tersenyum. Hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun dan kembali lagi menghadap kedepan membuka pintu. Keduanya melangkahkan kakinya dengan pelan memasuki kamar menuju brangkar yang ditempati seseorang.
Dengan mata membulat sempurna dan badan yang mematung kaku. Seseorang diatas brankar itu. Delisha tahu dengan pasti. Bahkan sangat tahu bagaimana tidak itu adalah dirinya. Ya di brankar itu adalah dirinya yang dulu. Dirinya yang memiliki badan gemuk. Lalu sekarang mengapa ia ada dua dengan dirinya yang gemuk dan dirinya yang kurus.
“ a-apa ma-maksudnya kala.”
Belum mengetahui apa tujuan kala membawanya kemari. Delisha pingsan setelah kela mengucapkan kata yang sama seperti yang seseorang itu katakan di gudang.
Kematianmu adalah kebahagiaanmu. Mentalmu sudah hancur. Jiwamu? Ada ditanganku. Hanya raga yang kau miliki. Itupun sudah rusak. Lalu apa yang akan kau lakukan kedepannya. Kau tidak bisa apa-apa. Kamu hanyalah sampah yang pantas dibuang di bumi. Musnahlah.
Setelah delisha pingsan dan terjatuh dilantai. Ia seolah-olah hilang bak di telan bumi. Melihat delisha sudah tidak ada entah kemana hilangnya. Kala berjalan keluar ruangan dengan senyum khasnya. Bertepatan dengan kala yang sudah keluar dokter beserta perawat pun masuk untuk pemeriksaan keliling.
“ dok dokter jarinya bergerak dok.” Ucap perawat tersebut dengan raut gembiranya.
Mendengar hal itu dokter beserta perawat yang berada diruangannya mendekat kearah berankar menanti seseorang untuk membuka matanya. Mata itu terbuka dengan perlahan diikuti dengan ringisan.
melihat hal itupun dokter berjalan mendekat untuk memeriksa denyut jantungnya kemudian kedua bola matanya. Sedangkan sang pasien yang sedang di periksa hanya berdiam sembari menatap kosong langit-langit kamarnya.
“ airrr” katanya dengan lirih
Mendengar permitaan dari pasiennya, dokter yang berada didekatnya pun dengan sigap mengambilkan air yang sudah tersedia untuknya.
“ kau sudah baikan?” tanya dokter setelah pasiennya meminum air. Untuk menjawabi pertanyaan dokternya ia hanya membalasnya dengan anggukan.
“ perkenalkan saya dokter alardo. Dokter yang menanggani selama kamu koma.”
“ma-makasih panggil saja delisha.” Ucap delisha dengan mulutnya sedikit masih kaluh untuk digerakan.
“ baiklah delisha kalo begitu kami keluar dulu untuk mengecek keadaan yang lain.” Mendengar hal itu delisha hanya menatap orang-orang yang berjalan keluar dengan tatapan datarnya. Lagi dan lagi ia sendirian. Apa hidupnya akan selalu sendirian sampai tua.
Terlalu banyak berpikir membuat delisha lelah ditambah lagi efek obat yang dokternya suntikan di infus. Tak memerlukan waktu lama delisha tertidur kembali. Berbeda dengan kala. Seseorang yang beberapa menit lalu keluar dari ruangan delisha, ternyata belum pulang itu masih menunjukkan batang hidungnya di sekitaran rumah sakit. Dan sekarang ia sedang menyenderkan badannya di tembok samping pintu kamar delisha sembari tersenyum khas revian kala arjunka.
Bulu mata lentik itu bergerak, menandakan ia akan terbangun sebentar lagi dari tidurnya. Jam menunjukkan pulung 9 dan delisha baru terbangun dari tidur nyenyaknya efek dari obat. Lagi, hal pertama yang ia rasakan setelah terbangun adalah kekosongan, kesepian, kesendirian.
Apa yang kemarin aku lakukan. Kenapa semuanya begitu nyata. Bahkan keduanya tidak ada bedanya. Dan sekarang mengapa aku diruma sakit. Dan dalam tubuhku yang dulu lagi. Bukan kembali pada tubuhku yang kuruss. Arggggg batinnya mengatakan dengan emosi yang mulai menguasai dirinya.
Cklek
Mendengar pintu yang terbuka delisha mencoba untuk meredakan emosinya dengan terus menarik nafas dan hembuskan berulang kali. Karena ia pikir yang datang dokter ia mencoba untuk menarik kedua sudut bibirnya hingga menghasilkan lengkungan yang manis. Sial. Senyum itu langsung hilang digantikan dengan tatapan datarnya menatap seorang pria yang nggunakan topinya berjalan mendekatinya dengan langkah pelannya dan juga jangan lupakan senyumannya.
“ how are you delisha?. Kayanya kamu lebih baik dari pada sebelum kejadian di gudang. gimana? Merasakan kematian enak bukan? Apa kamu tak ingin menyobanya lagi. Hidup antara bayang-bayak kenyataan dan halusinasi itu ga enak loh. Hidup dengan jiwa yang sudah mati juga ga enak. C’mon lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Ohh hampir lupa Kamu ingin tahu keadaan flo sekarang? “ mendengar kata flo yang diucapkan dari mulut lelaki yang berada di depan brankarnya membuat delisha menatapnya dengan tajam sembari mengepalkan kedua tangannya.
“ ouhh, tenanglah delisha. Mereka sudah mendapatkan pembalasan yang setimpal. Kamu tahu flo. Ia mengalami stres berat. Karna tidak terima kakinya lumpuh secara permanen karena kasus tabrak lari. Lalu jessi dan rose, kamu tau mereka ku buat di DO dari sekolah dan ga ada lagi yang akan menerima mereka di sekolah manapun. Baik bukan aku. Berterima kasihlah padaku. Karena sudah membalaskan dendamu.”
Mendengar penuturan yang dilakukan oleh kala ia menatapnya tanpa berkedip. Bagaimana bisa kala mengatakan itu tanpa raut bersalahnya bahkan iya berbicara seakan akan bukan dia yang sudah mencelakai flo.
“kenapa” hanya satu kata yang bisa delisha keluarkan dari mulutnya. Entah, delisha pun mengatakannya dengan spontan.
“ karna gua ingin delisha. Apapun yang gue inginkan itu harus terkabulkan. Karna gue seorang revian kala arjuka. Dan keinginan gue selanjutnya melihat lu mati tanpa gue sentuh. Dengan mempermainkan jiwamu itu cara yang gua lakukan.” Setelah perkataannya kala berjalan mendekati delisha yang diam dengan tatapan kosongnya. Wajahnya ia dekatkan semakin dekat disis sebelah kepala delisha.
“Mati itu jalanmu menuju kebahagiaan. Atau selamanya kamu akan berada di dua dunia yang menurutmu nyata dengan jalan hidup yang berbeda. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kenyataan ataupun halusinanya bukannya itu tidak ada bedanya. Delisha.” Setelah membisikan hal itu kala keluar dari kamar delisha dengan senyum mengembangnya.
Disebrang kamar delisha dokter alardo yang melihat seorang pria yang baru keluar dari kamar delisha pun menyerngitkan dahinya merasa heran. Karena selama ini delisha tidak seorangpun yang menjenguknya di rumah sakit. Merasa hatimya tidak tenang ia melangkah kakinya dengan lebar menuju kamar delisha. Dokter alardo seseorang yang sudah menggap delisha adiknya karena merasa kasihan terhadapnya.
“ga ga kenapa aku bisa disini. Kenapa aku harus kembali. Dimana tubuhku yang cantik. Kenapa sekarang harus ditubuh yang jelek ini. Kembalikan. Kembalikan. Aku tak ingin disini. Benar. Benar. Ya aku harus mati. Dari pada aku kembali di bulli. Tidakkkk. Aku lebih baik memilih mati” racaunya dengan keadaan yang mengenaskan di atas brankar dengan rambut yang sudah acak acakan belum lagi infus yang sudah ia lepaskan dari tangannya. Ia mencoba pencari sesuatu yang dapat membantunya untuk melakukan sesuatu yang diinginkan
Prang
“delisha” teriak dokter alardo melihat delisha dengan tubuh kacaunya setelah membanting gelas kacanya yang berada didekatnya
“ada apa denganmu apa yang kamu lakukan.” Katanya dengan lembut sembari memeluk delisha untuk menenangkannya.
“mati. Mati.” Hiks hiks. Katanya dengan tangisan yang sangat menyanyatkan hati yang mendengarnya.
“ liat aku apa yang ingin kamu lakukan. Apa dengan mati masalahmu akan hilang. Apa dengan mati kamu akan merasa bahagia. Jika kamu mati dengan bunuh diri aku orang pertama yang akan mengantarmu ke neraka untuk penyiksaan. Mati bukan penyelesaian masalahmu delisha.”
“aku gila dok. Ha ha ha ya aku gila. Mana ada orang waras yang bisa berhalusinasi dengan senyata itu. Ini nyata kan dok bukan halusinasi?. Apa ini halusinasi bukan kehidupan nyata?” tanyanya dengan memiringkan kepala dengan air mata yang masih mengalir dari bola matanya dengan sendirinya menghadap sang dokter meminta penjelasan.
“ ini nyata delisha. Maka kamu ubah kenyataan hidup ini dengan membuat alur lebih baik lagi. Kamu boleh buat alur cerita dalam kehidupan halusinasimu sesuai yang ingin kamu tampilkan didunia nyata. Tapi ingat jangan lupakan kehidupan nyata ketika kamu sedang berhalusinasi. Maukah kamu mengingat itu untuk kedepannya?” tanyanya di akhir dan dijawabi anggukan dari delisha. Melihanya yang menurut mendengar perkataannya dokter alardo kembali memeluk delisha menyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
Skizofrenia, alardo tahu penyakit itu. Penyakit gangguan kejiwaan yang dapat membuat orang mengalami halusinasi. Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka waktu panjang, gangguan tersebut menyebabkan penderita mengalami halusinasi delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan prilaku. Penderita skizofrenia pada umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dalam berpikir yang ada.
Ketika pembulian dilakukan secara terus menerus. Tidak mungkin penderita akan merasa baik-baik saja. Mental/kejiwaan. Suatu penyakit yang tanpa disadari datang dalam dirinya. Suatu penyakit yang dengan beraninya menyusup ke uluh hatinya. Penyakit yang penderitanya merasa bahwa kematian merupakan sesuatu yang paling ia tunggu. Maka berhati hatilah dengan dirimu sendiri bakan dengan mulutmu sendiri. Karna disadari ataupun tidak disadari mulutmu yang tajam itu dapat menusuk hati seseorang hingga nyawalah yang akan menjadi taruhannya.
Posting Komentar
0 Komentar