NEW NORMAL, NEW OPUS AND NEW GIG
Setelah Pandemi terbitlah new normal, itu yang sekarang tengah kita jalani. Coba flashback 14 tahun yang lalu, ternyata new normal juga sudah eksis di indonesia, jika dahulu new normal karena krisis atau resesi ekonomi lalu sekarang new normal adalah krisis ekonomi yang diakibatkan oleh isu kesehatan.
Pandemi Covid19 menjadi masalah bagi semua orang dan semua lembaga terutama kesehatan, pendidikan serta menjadi mimpi buruk bagi kegiatan perekonomian. Dengan new normal, masyarakat bukan hanya meningkatkan kebiasaan hidup sehat namun juga meningkatkan inovasi agar bisa bertahan.
Menjadi mahasiswa di tengan pandemi itu, “kuliah online, gak ada jajan, bayar kosan tetap jalan” itu keluhan dari banyak teman teman mahasiswa.
Kenalin aku Ikbal temen temen biasap anggil aku kibok, aku mahasiswa uin walisongo semarang, sekarang semester 4, aku berasal dari provinsi Bengkulu. Sama dengan mahasiswa lain aku sekarang udah hampir dua semester kuliah online.
Sejak april 2020 aku memutuskan pulang dari semarang ke Bengkulu, waktu itu syarat untuk terbang tidak seketat sekarang, pihak bandara melalukan check suhu dan kami di izinkan take off, aku dan teman teman yang juga mahasiswa asal Bengkulu tetap menerapkan protokol kesehatan pakai masker, semprot handsanitizer sana sini, hehe. Sampai di Bengkulu kami tetap di pantau oleh petugas kesehatan setempat dan melakukan karantina mandiri, stay at home sampai dengan 14 hari.
NEW OPUS Selama di Rumah circle aktivitas aku adalah kuliah online, nonton tv, main hp, makan dan rebahan, itu aku nikmati sampai dengan satu bulan pertama. Selanjutnya aku mulai merasa bosan dan sepertinya waktu terbuang percuma, kuliah online sambil rebahan dan malas malasan. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan tulisan yang pernah aku buat di tahun 2019 dengan dibantu teman ku yang ada di Sulawesi tengah dan kedua orang tua. Ini menjadi buku pertama ku “First Opus”.
Buku ini adalah berisi tentang salah satu tradisi budaya di daerah tempat tinggal ku, tradisi budaya Nandai yang aku dapat dari kedua orang tua. Nandai adalah dongeng, yang tokoh dan konfliknya berdasarkan kearifan lokal suku budaya di daerah tempat tinggal ku. Buku ini ditulis dengan bahasa Serawai (bahasa daerah) dan dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa indonesia.
Buku yang berjudul “Nandai Mak” yang merupakan buku pertama ku terbit pada Juni 2020 lalu, hanya butuh waktu kurang dari dua bulan aku dibantu teman ku menyelesaikan buku ini. Aku dan teman ku bekerja Dengan Long Distance Relationship, hehe. Ini luar biasa bagi kami mampu menyelesaikan sebuah buku meski dengan LDR an. Selain mempertahankan tradisi budaya dan bahasa daerah ku, buku ini juga mendukung program literasi dari pemerintah, aku berharap dukungan lembaga pendidikan untuk memperbanyak buku ini dan dibagikan kepada semua anak di seluruh sekolah di daerah tempat tinggal ku.
NEW GIG Setelah menyelesaikan buku pertama dan sekarang sudah bisa dibaca oleh semua orang, meski cita cita untuk memperbanyak dan dibagikan kesemua anak di sekolah sekolah di daerahku belum terwujud, itu bukan masalah itu hanya butuh proses.
Selanjutnya di pertengahan semester tiga aku memutuskan memanfaatkan beasiswa ku yang seharusnya di gunakan untuk biaya hidup selama di semarang sebagai modal memulai bisnis pertamaku, aku membuka toko baju tepat di depan rumahku dengan modal sangat seadanya, mendekor bangunan kecil depan rumah dan disulap menjadi tokoh baju.
Berjalan beberapa bulan, lalu aku mempercayakan toko bajuku untuk di kelola oleh kakak ku yang kedua, aku lahir dari tujuh bersauadara dan aku adalah anak ketujuh. Meski toko ku belum benar benar mendapatkan keuntungan namun, yang kami lakukan adalah upaya mempertahankan dengan cara memutar hasil penjualan untuk menambah koleksi baru. Setelah toko baju aku percayakan dikelola oleh kakak ku, tepatnya januari 2021 aku dan sepupu membuka sebuah bisnis yang baru di daerah tempat tinggal ku, ide bisnis ini aku adopsi dari pengalaman setahun tinggal di semarang, kami berdua membuka angkringan sederhana dan yang menjadi target utama pasar kami adalah remaja di kelurahan kami, angkringan ini kami beri nama “Angkringan dusun kito” (Angkringan desa kita), Kami buka dari jam 19.00 wib – 02.00 wib dan ini berjalan selama sebulan dengan keuntungan yang menjanjikan namun, kami terpaksa gulung tikar karena masalah internal.
Kembali fokus membantu kakak untuk toko bajuku, empat bulan kemudian tepat satu tahun aku kembali ke Bengkulu, sebuah ide kembali mendesak ku untuk memulai bisnis baru, kali ini aku memulai sendiri dengan modal selalu seadanya. Aku membuat sebuah produk yang ku branding sedemikian rupa. 13 april 2021 aku melaunching brand terbaruku “KUKUT RICE BOWL” kukut rice bowl adalah produk makanan dari ceker ayam yang di masak dengan dua variant rasa, pertama taucho spice dan kedua sate padang sauce, aku juga memadukannya dengan citra rasa nasi tempur ala kibok. Aku bercita cita Kukut rice bowl bisa menjadi primadona olahan ceker di provinsi Bengkulu dan juga di Indonesia, aku akan melanjutkan bisnis ini hingga aku kembali ke semarang dan membuat terobosan varian baru. Berfikirlah bahwa waktu akan berjalan dengan cepat, hingga saat kamu melihat angka pada usia mu, kamu akan berteriak “AKU SUDAH KETINGGALAN, AKU HARUS BERLARI” –muhamad ikbal agustami.
Posting Komentar
0 Komentar