Katalisator Perubahan untuk Pembangunan Bangsa yang Lebih Inklusif
Monicanisa pen name of Siti
Anisa’ Nur Fitriani
Kesempatan
bagi kaum perempuan untuk terus eksis di berbagai bidang pekerjan saat ini,
bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Melainkan hal yang awalnya lahir dari
proses panjang yang dibangun di atas fondasi keteguhan, keberanian, dan
konsistensi perjuangan perempuan yang berani melawan berbagai kekuasaan dan
diskriminasi di masa lampau. Pada awalnya, dunia perempuan tidak lebih besar
dari sehelai daun kelor. Pasalnya, perempuan hanya tentang kasur, dapur, dan sumur.
Kasur yang selalu ada di dalam kamar menandakan bahwa perempuan adalah pasangan
hidup yang harus mampu memenuhi kebutuhan biologis suaminya. Dapur adalah
kantor perempuan sejak pagi hingga malam hari, mendefinisikan bahwa perempuan sebagai
penyedia masakan dan kebutuhan keluarga. Sedangkan sumur yang notabenenya terletak
tak jauh dari area rumah, melambangkan batasan ruang gerak perempuan,
menegaskan bahwa perempuan tidak boleh jauh-jauh dari urusan domestik. Ia harus
bertanggungjawab tentang kebersihan dan keindahan serta menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan suami dan anak-anakanya.
Namun
saat ini, perempuan telah melampaui batas-batas tersebut. Perempuan sudah dapat
terlibat dalam berbagai bidang, mulai dari politik hingga sains, dari seni
hingga teknologi, bahkan tak sedikit dari perempuan yang mampu menggantikan peran
strategis laki-laki. Perempuan tidak
lagi hanya berfokus pada gelar istri dan ibu, tetapi juga mampu bersuara sebagai
pemimpin, inovator, dan katalisator perubahan dalam menciptakan pembangunan
bangsa. Transformasi ini tentu bukan sesuatu yang terjadi secara instan,
melainkan hasil dari perjuangan panjang yang penuh tantangan. Saat ini, banyak
perempuan yang berpendidikan tinggi, memiliki karier gemilang, dan membuktikan
bahwa kapasitas mereka jauh melampaui pekerjaan domestik semata. Dalam konteks perempuan
tidak hanya harus hadir, tetapi juga lihai memainkan peran sebagai agen
perubahan, mengusung gagasan, memperjuangkan kesetaraan, dan mendorong kemajuan
bangsa yang inklusif dan berkeadilan.
Mengingat
beragamnya peluang yang ada, perempuan mempunyai potensi besar untuk mengubah
wajah masyarakat secara keseluruhan. Namun faktanya, doktrin bahwa perempuan masih
belum lepas dari stereotip masih merajalela. Meskipun perempuan sudah mengalami
kemajuan yang signifikan, nyatanya masih banyak yang percaya bahwa perempuan
lebih emosional dan kurang memiliki kemampuan adil dalam mengambil keputusan.
Bisa dikatakan perempuan lebih mengedepankan perasaannya. Pandangan ini sangat
merugikan karena dapat menghalangi perempuan untuk mendapatkan pengakuan yang
setara di berbagai bidang, baik di bidang pendidikan, dunia kerja, bahkan masyarakat.
Jika perempuan terus dipandang kurang mampu dibandingkan laki-laki, maka
kemampuan mereka untuk tumbuh dan berkontribusi akan menurun. Meskipun banyak
perempuan yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi, mereka sering kali
mengalami diskriminasi.
Meskipun perempuan saat ini telah
menunjukkan kiprah yang luar biasa di berbagai bidang, kenyataannya masih
banyak hambatan struktural dan kultural yang membatasi mereka untuk benar-benar
setara dalam dunia kerja dan kehidupan publik. Dalam banyak kasus, perempuan
masih menghadapi tantangan besar dalam proses perekrutan dan promosi, yang
berujung pada kesenjangan signifikan di tempat kerja. Hal ini menimbulkan
kesenjangan dalam dunia kerja yang mengakibatkan posisi-posisi strategis tertinggi
masih didominasi oleh laki-laki. Situasi ini tidak hanya merugikan perempuan, tapi
juga mengurangi keberagaman cara pandang yang seharusnya ada dalam pengambilan
keputusan di berbagai keputusan dan kesepakatan. Sementara itu, keterlibatan
perempuan dalam politik pun masih tergolong rendah. Meskipun ada kemajuan,
sebagian besar perempuan belum berada pada posisi pengambilan keputusan, baik
di tingkat lokal maupun nasional. Absennya representasi perempuan dalam
ruang-ruang strategis ini menyebabkan kebijakan publik kerap kali tidak
merefleksikan kebutuhan dan pengalaman hidup perempuan. Padahal, kebijakan yang
adil dan responsif hanya dapat lahir dari partisipasi yang setara antara
laki-laki dan perempuan dalam proses politik.
Di
sisi lain, norma-norma sosial dan budaya yang ketat juga turut membatasi ruang
gerak perempuan. Tekanan untuk memenuhi peran tradisional sebagai istri dan ibu
sering kali menimbulkan dilema antara tanggung jawab domestik dan aspirasi
pribadi. Tidak jarang, hal ini menciptakan ketakutan serta keraguan yang
menghambat perempuan dalam mengejar karier maupun berpartisipasi aktif dalam
masyarakat. Oleh karena itu, perjuangan kesetaraan gender tidak boleh berhenti
hanya pada pencapaian simbolik. Sangat perlu adanya komitmen kolektif untuk
menghapus diskriminasi, memperluas akses perempuan terhadap ruang-ruang
strategis, serta mereformasi norma sosial yang membatasi peran dan potensi
perempuan. Hanya dengan cara inilah perempuan dapat sepenuhnya menjadi mitra
sejajar dalam membangun bangsa yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Tak
hanya itu, perempuan juga harus terus meningkatkan pendidikan dan keterampilan
mereka sebagai modal utama untuk bersaing. Dengan penguasaan pengetahuan dan
kapasitas yang unggul, perempuan akan lebih siap untuk menempati posisi
strategis di berbagai sektor, baik publik maupun swasta. Pendidikan bukan hanya
alat pemberdayaan, tetapi juga senjata untuk meruntuhkan sekat-sekat
diskriminasi yang masih kerap membayangi langkah perempuan. Namun, bekal
intelektual saja tidak cukup. Perempuan juga harus memiliki keberanian untuk
memasuki ranah kepemimpinan. Kehadiran perempuan dalam posisi pengambil
keputusan sangat penting, karena dari sanalah kebijakan yang berpihak pada
kesetaraan dan keadilan dapat dilahirkan. Untuk itu, perempuan juga harus terlibat
dalam proses politik dengan langkah krusial, yakni dengan mencalonkan diri atau
mendukung kandidat perempuan, mereka dapat memastikan kepentingan perempuan
terwakili. Selain itu, perempuan harus aktif menyuarakan isu-isu yang penting,
seperti kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan. Suara mereka dapat
mendorong perubahan yang signifikan dan membantu memperkuat posisi perempuan
dalam masyarakat.
Tak
kalah penting, kesadaran akan kekuatan dan potensi yang dimiliki perempuan
harus ditanamkan tidak hanya pada diri perempuan itu sendiri, tetapi juga pada
masyarakat secara luas. Edukasi publik mengenai pentingnya peran dan kontribusi
perempuan dapat menjadi kunci untuk mengubah pandangan sempit serta stigma yang
selama ini melekat. Perubahan pola pikir ini sangat penting untuk menciptakan
ruang yang lebih adil dan setara bagi semua. Dengan langkah-langkah strategis
dan tepat, perempuan dapat mengubah narasi dan menciptakan masyarakat yang
lebih inklusif dan berkeadilan. Ini bukan hanya tentang memperjuangkan hak
perempuan, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua
orang, tanpa memandang gender, untuk berkontribusi dan berkembang. Ke depan, harapan besar tertumpu
pada generasi muda perempuan yang kini tumbuh di tengah era keterbukaan dan
kesetaraan yang semakin diakui. Mereka adalah agen-agen perubahan yang akan
membawa bangsa ini menuju kemajuan yang lebih inklusif dan adil. Transformasi
peran perempuan dalam pembangunan bangsa bukan hanya soal kesempatan, tetapi
juga soal hak asasi manusia. Ini adalah perjuangan bersama untuk menciptakan
masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berkeadilan gender. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Posting Komentar
0 Komentar