Filsuf
Gerimis tipis baru saja turun. Suasana masih
terlihat sangat mendung. Sepertinya sepasang teh dan roti cocok untuk menemani
suasana saat ini. Namun sayangnya aku sedang terjebak di halte angkutan umum.
Hanya imajinasiku saja yang dapat menyantap teh manis untuk menghangatkan diri.
Menunggu bus yang tak kunjung sampai, aku
lebih memilih untuk menatap jalan sambil termenung. Sedangkan di kursi paling
pojok terdapat seorang yang sedang menikmati rokok. Terlihat begitu menikmati.
Aku kadang heran melihat orang merokok karena terlihat sangat santai dan
tenang. Tanpa disadari memang, zat nikotin yang terkandung dalam rokok saat
sekitar sepuluh detik pertama akan menghasilkan efek yang dapat meningkatkan suasana
hati dan konsentrasi serta dapat mengurangi kemarahan dan stress. Namun efek
tersebut bersifat sementara agar
seseorang terjebak dan merokok terus menerus.
Setelah pikiranku menjabarkan tentang rokok.
Aku terkejut, karena sesorang di kursi paling pojok itu mengubah tempat
duduknya jadi agak lebih dekat denganku, meski ada jarak beberapa meter.
"Ngapain mbak ?" Ia bertanya
"Nunggu bis mas"
jawabku sambil membatin, ngapain lagi ya
duduk di Halte kalo gaknunggu Bus.
lantas kita melanjutkan percakapan mulai
bertanya rumah, kuliah, dan kegiatan lainnya. Ternyata kita kuliah di tempat
yang sama dan terlibat juga di organisasi mahasiswa. Pembahasan kita nyambung
karena saling bertukar pengalaman satu sama lain.
Sampai pada akhirnya dia mengajakku untuk
berpikir keras.
" mbak ilmu sama pengetahuan itu sama
atau beda ?"
"Emm sama mungkin." Jawabku
singkat, sebenarnya aku malas berpikir
karena hari sudah sore dan seharian sudah sibuk praktikum di laboratorium.
"Ilmu dan pengetahuan itu beda
mbak."
"Masak gitu?"
"Iya, ibarat rokok ya mbak, rokok itu
ilmu sedangkan tembakau dan kertas pelapis itu pengetahuan"
"Berarti pengetahuan itu bagian dari
ilmu ya" timpalku
“Iya, pengetahuan
bisa diterima dengan nalar, sedangkan ilmupun sama tetapi lebih memiliki data
yang konkret dan bahasa yang sistematis dalammenjabarkannya”
.
Sore itu Dia berbicara banyak sekali seperti
pemaparan materi, pertemuan kita layaknya seminar. Kuakui Dia pintar membahas
tentang Filsafat Kehidupan. Aku lebih banyak mendengar dan menimpali sedikit
meski sebenarnya Aku tertarik dengan topik
yang kita bicarakan.
Hingga akhirnya bus pun datang dan
menghentikan pembicaraan. Akupun terpisah dengannya.
***
Cerita sore itu masih hangat dalam ingatan,
Dia yang kukira seorang yang Bad Boy karena ku hanya melihat dari penampilannya
ternyata adalah seorang filsuf yang membius massa dengan segudang kata dari
pemikirannya.
Sayangnya aku lupa bertanya perihal nama. Dan
aku hanya bisa berharap "kapan (lagi) kita akan berjumpa ?" Hanya Tuhan yang tau
jawabannya.
Posting Komentar
0 Komentar