Rumah (part 1) oleh Rizqia Putri
RUMAH
“Rumahku Istanaku” begitulah kata kebanyakan orang. Namun ada juga
yang berkata “Rumahku Penjaraku”. Menurutku “Rumahku Istanaku” itu ketika aku
terbangun dan melihat mereka yang sangat menyayangi dan kusayangi, melewati
tiap detik dengan senyuman, celotehan adik, juga nasihat Ayah dan Ibu.
Hari-hari yang terasa berat itu menjadi ringan saat semuanya bersatu meski
hanya sekadar menemani, tak membantu. Tetapi hal itu sudah sangat cukup, cinta
dan waktu mereka cukup untukku.
Bertahun-tahun setelahnya, saat dunia membawaku ke tempat yang
berbeda, aku bertemu dengan ‘mereka’ yang berbeda denganku. Segala yang gelap memang
nyata adanya. Ia hadir di depan mataku, sungguh-sungguh nyata.
Aku bertemu dengan dia, dengan kisahnya.
Di tempat terjauh, seorang anak menjerit, menangis dan tak berdaya
setiap malam. Ia menangisi apa yang telah ia alami. Ia menanggung kesalahan
orang tuanya, terpedaya nafsu yang tiada henti. Seorang anak yang tiap kali
berdoa, kapan ini akan berakhir, kapan ia bisa tersenyum sedetik tanpa memikirkan kenangan buruk yang ia alami.
“Rumahku adalah penjaraku” kata-kata itu yang harus dilekatkan
padanya. Rumah yang harusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang, bertahun-tahun menjadi penjara
bagi jiwa dan raga nya, menjadi sebuah tempat untuk pergi dan hilang.
Orang-orang rumah yang seharusnya saling memberi kasih, semua terlihat
menjadi orang yang kejam. Merenggut masa depan juga masa kecilnya, merenggut
kepercayaan dan harapannya.
Kisahnya punya tempat khusus di hati. Menyadarkan, bahwa tak semua
orang punya kesempatan yang sama untuk merasakan rumah yang sejati.
Di satu sisi, kebenaran tentang rumahku penjaraku itu memang benar,
tapi di sisi lain, sebenarnya semua itu berawal dari keterbatasan diri dan
perasaan hati terhadap rumah sendiri. Kebanyakan mengatakan rumahku surgaku
karena sudah menemukan surganya dalam rumah. Adapun yang mengatakan bahwa
rumahku penjaraku itu adalah dia yang belum menemukan surga dalam rumahnya,
bagaikan dalam penjara, seperti itulah kira-kira.
-
Posting Komentar
0 Komentar