RAKYAT JELATA BERFIKIR ELITISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN. JANGAN !
Rakyat jelata berfkir elitisme
Rakyat jelata berfikir populisme
“Harusnya berfikir PROFESIONALSIME, harap Gus Dur”
Dalam dunia pendidikan. JANGAN!
Lengguai essai “pemanis”
“Dia adalah Lisa 8 thn, murid kelas satu sekolah dasar disalah satu daerah di Indonesia, tepatnya Kecamatan Seluma Utara, Kabupten Seluma, BENGKULU yang dimana merupakan daerah 3T.
Orang tua Lisa bekerja sebagai pekebun kopi, yang hampir setiap harinya menghabiskan waktu untuk bekerja. Riwayat pendidikannya pun hanya mengenyam bangku sekolah dasar dan bahkan ayahnya tidak pernah merasakan sekolah.
Hijau tanaman kopi menjadi layaknya pekarangan depan rumah yang menutupi pondok kecil sebagai istananya. Tentu saja, didekat orang tua adalah keinginan yang tak bisa ditawar oleh setiap anak, Termasuk lisa diusia nya 8 tahun. Empat jam disetiap senin hingga sabtu seharusnya adalah waktu dimana Lisa belajar dikelas bersama teman temannya. Mengikuti proses belajar dengan gembira tanpa beban apapun itu. Diwaktu yang sama pula, Senin hingga Sabtu adalah waktu orang tua Lisa untuk bekerja. mengurus kebun kopi dan menjaganya dari berbagai gangguan hama, Sebagai penghidupan keluarga. Suatu hari, termenung Lisa dibangku keropos setengah roboh, menyembunyikan muka pada dasar meja dengan kedua tangan sebagai alasnya, Berlinang air mata tanpa suara. Aneh, Ibuk Yeti sebagai tenaga guru program 3T berkualitas yang mengajar di sekolah dasar tempat Lisa bersekolah, Mencoba bertanya apakah yang menyebabkan Lisa menyembunyikan muka pada meja hampir setengah jam pelajaran itu.
Ternyata, Lisa menangis karena ingin pulang. Apa alasan Lisa hendak pulang? Alasannya adalah karena ingin ikut orang tuanya bekerja kebun kopi. bersahabat dengan nyamuk dan menjadi ajudan dibelakang ibunya dikala bekerja.”
Indonesia merupakan negara dengan ciri kepulauan. Terdapat 17.504 pulau di Indonesia, tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Sebagai sebuah negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan yang luas menyebabkan banyak daerah-daerah terpencil di Indonesia yang tidak terjamah. munculnya ketidak merataan dalam berbagai aspek dan salah satunya adalah pendidikan. Membentuk ketimpangan SDM yang menonjol bagi setiap daerah di Indonesia.
Fenomena jelata pradigma elitisme
Elitisme, Nampaknya masih saja terpelihara dengan sangat baik dalam kehidupan masyarakat indonesia khusunya daerah nonmodern, seperti di tanah sumatera yang paling nampak eksistensi keberadaannya. menurut Gus Dur panggilan populernya, elitisme adalah dimana golongan cabang atas saja yang tepat pandangannya. sedangkan rakyat terlalu bodoh, karena mereka tidak terdidik. Pengetahuan mereka tidak tersusun dengan baik dan dengan sendirinya pandangan mereka juga tidak baik.
Dalam tulisan ini Saya hanya ingin bercerita bagaimana pandangan hasil warisan para koloneal, dimana yang paling didengar adalah kaum birokrat yaitu para elit, masa depan bangsa hanya ada ditangan pemilik kuasa dan anak cucu mereka.
Pola semacam inilah yang masih membebani dan memaksa sebagian besar kami untuk pasrah dan menyerah tentang masa depan diri dan negri. Berfikir elitisme dalam dunia pendidikan, membuat orang tua tidak percaya dengan sekolah “Pendidikan hanya buang waktu semata, lebih baik bekerja dan menikah karena bisa membantu menafkah, mengurangi beban keluarga”
Ditanah belitong masa lalu, tidak lebih dari lima orang yang percaya pendidikan punya fungsi dan jelata punya harapan untuk cita, hal ini saya lihat dalam Film Laskar Pelangi.
Dimana rakyat beranggapan tak punya kesempatan dan hanya bisa menjadi buruh pekerja, cerita “Lisa Yang Menangis” adalah gambaran sederhana dimana motivasi belajar anak masih lah rendah dan hampir tidak ada. pendidikan yang diharapkan Gus Dur selain berfokus pada pembentukan moral bagi anak juga adalah bagaimana menumbuhkan motivasi bagi mereka untuk bersekolah, menurut Gus Dur penanaman nilai-nilai moral pada seseorang adalah melalui pendidikan dan kearifan lokal sebagai ruhnya dalam proses pendidikan. Untuk membangun manusia bermoral Gus Dur juga merumuskan kurikulum pendidikan, beberapa langkah bagaimana kurikulum mampu menumbuhkan ilmu dan moral. Yaitu dengan menitikberatkan pada pembentukan karakter peserta didik dengan keterampilan dan skill, menumbuhkan karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif, dan inovatif pada diri peserta didik, serta menanamkan rasa ingin dan bersemangat dalam belajar. Selain itu menurutnya pendidikan di indonesia dipaksa untuk menyatukan dua hal yang sebenarnya sangat berbeda yaitu populisme dan elitisme padahal seyogyanya yang haruslah ada yaitu pendidikan yang bersifat profesional agar terciptanya kesamaan kesempatan dalam pendidikan dan jabatan.
Namun, nyatanya harap Gus Dur untuk pendidikan dengan pandang profesional di Indonesia masih dalam proses dan angan belaka, buktinya pemerintah terus mencari faktor-faktor baru penyebab rendahnya kualitas pendidikan Indonesia padahal permasalahan sudah terpampang nyata yaitu adalah pola fikir elitisme jelata yang menghilangkan motivasi sekolah pada daerah-daerah nonmodern di Indonesia.
Kemerdekaan belajar, seperti yang tengah di gelagarkan kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia serupa dengan mimpi lama Gus Dur. Kenyataannya pendidikan di Indonesia merdeka sebagian dan mungkin seperempat saja.
Yang terjadi jika rakyat berfikir elitisme tentang pendidikan,
Tidak bisa dipungkiri kelompok yang memiliki motivasi belajar rendah adalah yang berada di kalangan menengah kebawah, seperti pada daerah-daerah pelosok di Pulau Sumatera. Merasa bahwa yang berhak untuk bersekolah hanya orang-orang pada kalangan kuasa saja, ketidak percayaan akan sekolah yang dapat menjadikan masa depan yang indah membuat motivasi belajar semakin hilang dan memperburuk kondisi pendidikan Indonesia.
Rakyat miskin menjadi bodoh karena tidak bersekolah. masyarakat bodoh menjadi miskin Karena tidak sekolah. Kedua hal yang tidak ada bedanya yang menjadi permasalahan bersama dan nyata. Yang dikatakan Gus Dur yaitu untuk merubah paham populisme dan elitisme rakyat khususnya jelata menjadi sebuah paham propfesionalisme dalam pendidikan adalah langkah tepat. Kesadaran orang tua akan pentingnya suatu pendidikan bagi anak juga haruslah tercipta dengan baik, sehingga harap Gus Dur pendidikan profesional Indonesia dapat terwujud. setiap orang, setiap anak dari semua golongan memiliki kebebasan dalam belajar dan pendidikan.
Penulis
Muhamad Ikbal Agustami.
Posting Komentar
0 Komentar